Chapter 20 Kemarahan Rado

Sikap yang barusan ditunjukkan oleh Jeff, membuatku bingung, tetapi aku tidak mau ambil pusing lagi.Aku harus percaya dan mengandalkan diriku sendiri.

Aku kembali ke kamarku lalu mengunci pintunya, dan menilai hasil tes yang dikerjakan Leman.

Setengah jam aku mendapati hasil bahwa sebenarnya Leman tidak skizofrenia seperti yang didiagnosa oleh Mrs. Rose, jadi intervensi pengobatan yang dilakukan bisa memperparah keadaannya, apalagi Leman diobati lewat minumannya sedangkan Leman tidak mengetahuinya.

Aku jadi teringat Leman memperingatkan aku tentang Nodaba sang penghancur dan aku dijuluki La pucelle olehnya.

Pembicaraan nya tidak kuanggap penting semua, hanya saat ini adalah mengembangkan diri seperti anjurannya. Membuka file flash disk dan membaca wawasan ilmu pengetahuan didalamnya sangatlah perlu, dan aku perlu melatih kekuatan psikokinetikku supaya kemampuanku lebih hebat dan aku lebih percaya diri.

Aku melewati malam itu dengan belajar, menenangkan diri dan melatih diri.

***

Esok harinya saat sarapan pagi, aku meminta Mrs. Rose mempersiapkan Rado di ruang pemeriksaan sesudah mengunjungi Henry.

“Aku persiapkan nanti untuk Rado biar dikawal oleh Rupert, Codi dan Ricko.

Pagi ini aku tidak perlu ikut ya Moi, saat ketemuan dengan Henry, nanti mengganggu,” goda Mrs. Rose sambil mencolek pipiku.

Aku tersenyum merespon ledekannya sambil berpikir, walaupun Mrs. Rose tidak ikut, dia pasti memonitorku lewat CCTV.

Satu jam kemudian aku dan Henry sudah bertemu di selnya. Aku duduk di kursi plastik sementara Henry duduk ditepi ranjang, posisiku dan Henry dekat serta berhadapan, kami berbincang dekat dengan suara lirih.

“Henry bagaimana kondisimu hari ini?”

“Aku baik-baik Moi, obat dari Mrs. Rose membantuku tidur, dan aku berusaha berpikir positif sampai hari ini aku masih hidup, walau terisolir di pulau ini.

Moi, waktunya semakin dekat.Dalam hitungan tidak sampai seminggu kurasa sudah terjadi kejadian besar di tempat ini.Kamu harus segera keluar dari tempat ini.” ujar Henry serius sambil menatap mataku.

“Oh, astaga.Secepat itukah waktunya?Bila kita keluar nanti, kita harus keluar bersama, Hen.Aku tidak bisa meninggalkanmu.Dan belum tahu caranya.

Dan, bagaimana caranya keluar?Lagipula aku terikat kontrak kerja 6 bulan di sini.”

“Jangan pedulikan aku Moi dan persetan dengan kontrak kerja yang menjebakmu.Keselamatan nyawamu jauh lebih penting.”

“Cara paling simple dan tidak masuk akal ialah langsung berenang ke ibukota, kan tidak mungkin jaraknya ratusan kilometer, Henry?”

Henry menyibak rambutnya yang tebal, ujung rambutnya sampai hampir menutupi matanya.

“Ya memang tidak masuk akal.Penjagaan sangat ketat.Apalagi aku disini, sel belakang adalah sel dengan pengawasan maksimum.Mustahil untuk lolos dari sini.Bisa membongkar teralis di jendela pun bawahnya langsung tebing karang Moi.”

“Jadi, apa yang bisa kita lakukan?”

“Oh, hm…begini saja Moi,  kamu sudah aku ajari bertelepati kan. 

Cobalah kamu dengarkan percakapan-percakapan yang melintas.Kalau kamu latih, kemampuanmu pasti bisa meningkat.Cobalah fokus, memusatkan pikiranmu, kamu pasti bisa mendengarnya. Biasanya mereka mulai berkomunikasi mulai jam 23.00 sampai 24.00. Kamu ambil relaksasi pusatkan pikiranmu, pejamkan mata.Cobalah untuk masuk ke tempat mereka berkomunikasi.  Kuncinya di keheningan, temuilah keheningan, di saat keheningan kau dapatkan, disitu akan mulai terdengar suara-suara yang sayup-sayup. Saat kamu makin konsentrasi, suara akan makin jelas kamu tangkap.”

“Ya, aku akan mencobanya saat aku tidak banyak tekanan mental dan pekerjaan, semoga nanti malam bisa, Henry.”

“Ya, cobalah saat pikiranmu tenang, Moi.Siapa tahu mereka tidak mengetahui kau mendengarkan mereka. Aku tak akan menakutimu dengan bercerita padamu apa yang aku dengar. Kalau kau bisa mencuri dengar percakapan mereka.

Siapa tahu kau bisa mendengar bagaimana rencana mereka, lalu kita berdiskusi lagi, oke?”

“Oke, tapi sebenarnya aku sangat takut.Kabur dari sini terlalu mustahil rasanya, Henry. Andaikan aku bisa kabur, kamu tidak akan kutinggalkan, juga Curly, Ronald serta Risty. Mereka lemah, rapuh dan tak berdaya.”

“Ada speedboat tapi bahan bakarnya ada di ruang Jonah. Kita harus melewati penjagaan penjaga, diawasi CCTV baik oleh penjaga,  juga Jonah sendiri.”

Aku memegang keningku. Rasanya pening memikirkan cara terbaik untuk kabur dari tempat ini menuju kebebasan.

“Semakin aku bayangkan, pelarian kita ini rasanya mustahil, Hen.Mustahil.”

“Kita belum mencobanya kan? Jangan menyerah dulu, Moi.”

“Selain penjaga  yang tersebar di segala penjuru, kita harus melewati pintu-pintu yang terkunci. Kemudian jarak antara pintu benteng ini ke speedboat yang jauh dan bila aku berhasil pergi, nyawa keluargaku terancam. 

Tuan Jonah pasti tidak akan diam saja, aku melenggang pulang ke rumah. Aku pikir rasanya ide melarikan diri ini sebaiknya kita lupakan saja.”

Henry terdiam.

“Henry..Henry…,” aku memegang tangannya saat Henry gamang memandang jendela berteralis besi, terlihat awan putih berarak di langit biru.

“Ya, Moi?”

“Maaf, bukan maksudku untuk memupus harapanmu. Tapi oh, Henry kamu tahu kan, kalau aku sebenarnya sangat takut.”

“Aku bukan lagi takut, aku sudah alami histeris. 

Alfa menghajarku dari jarak jauh.

Namun diam saja di sini juga bukan ide yang baik. Berjanjilah Moi, andai kita berhasil selamat dan dapat kembali ke rumah, jangan melupakan aku.”

“Tentu, Hen. Aku tak mungkin melupakanmu.Semoga kita segera dapat ide terbaik pelarian kita, ya.”

Henry memelukku, “Berjanjilah kepadaku Moi, walau aku dulu seorang penipu dan playboy, hatiku tertambat kepadamu, saat kita berhasil keluar, aku ingin kau jadi pasanganku. 

I love you Moi.”

Terasa hangat pelukan Henry melingkupi tubuhku, aku terharu akan pengakuan Henry atas masa lalunya kepadaku, dan yang menggetarkan hatiku adalah ungkapan cintanya kepadaku.

Tak terasa air mataku jatuh, entah air mata terharu, bahagia atau akibat putus asa, aku juga tidak tahu.

Tiba-tiba penglihatanku kembali terbuka, kulihat di ruang kendali, Jeff, 

Mrs. Rose sedang menatap layar monitor CCTV.

“Ooh, hoho…so sweeet ya,“ terdengar suara Jeff berdecak menatap aku dan Henry yang sedang berpelukan.

Aku mendorong Henry perlahan, kami kembali dimata-matai!

“Sungguh mengharukan,” ucap Mrs. Rose.

“Lihat anak didikmu Rose,” 

“Yang begini bukan hasil didikanku, Jeff,” Mrs. Rose tersenyum.

“Masa muda adalah masa yang indah, uhuyy….,” Jeff bersiul.

“Ini bukan drama Romeo and Juliet, Jeff,” Mrs. Rose tertawa.

“Kelihatannya ada cerita sedih, tuh matanya diusap-usap,”  Jeff menunjuk layar monitor.

“Coba di zoom,” pinta Mrs. Rose.

“Habis menangis dia,” ujar Mrs. Rose.

Aku yang sedang mengusap mataku berhenti, lalu mencoba menarik senyumku.

“Ada apa Moi, mengapa kamu terdiam seperti itu?” tanya Henry membuyarkan penglihatan dan pendengaranku.

Aku menceritakan apa yang kulihat dan kudengar kepada Henry.

Henry tidak emosi, “Justru itu Moi, berhati-hatilah disini, tiada seorangpun yang layak kamu percaya selain aku.Aku senang kau bisa punya kemampuan seperti itu.”

“Aku tak menyangka Mrs. Rose berlaku seperti itu kepadaku, Henry.

Tetapi aku tidak peduli, aku sangat terimakasih engkau berani mengungkapkan perasaanmu kepadaku, biarlah ini menjadi semangat hidupku.” kataku sambil menggenggam tangan Henry.

Dug!

Dug!

Suara tembok seperti dipukul di sebelah, Rado berulah!

“Ahaaii kok bisik-bisik ada apa yaaa, penelitian atau pacaran yaaa.” teriak Rado terdengar mengejek.

“Ya Rado habis ini, Moi mau ketemu denganmu, nanti biar dijemput oleh pak Codi ya.” teriakku balik.

****

Setelah makan siang, aku dan Mrs. Rose menuju ruang pengamatan. Siang ini aku akan mendata Rado, pemuda dengan kemampuan elektrokinesisnya. Langkahku bergerak lambat tanpa semangat.Prajurit Enricko berwajah tegas menyapa kami sambil sikap hormat militer.

“Selamat siang, Mrs. Rose dan Ms. Moira, Rado sudah siap di ruang pengamatan.Saya memantau di ruang pengamatan, alat penyadap aku pasang di bawah meja.Jadi penelitian Miss Moi bisa kulaporkan kepada Tuan Jonah bila ia kembali besok lengkap dengan video dan percakapan kalian.”

“Selamat siang pak Ricko, terimakasih atas pengawalannya.” balasku. Aku jarang bertemu dengannya, karena rata-rata prajurit di sini semua berseragam dan bertopi jadi perlu waktu untuk menghapalkan wajahnya dan nama mereka. 

“Pak..Pak Ricko!”

Prajurit itu menghentikan langkahnya dan menatapku, “Ya, Miss?”

“Siapa yang mengawal di dalam ruang pemeriksaan?” tanyaku.

“Ada pak Codi dan Doni , Miss, mereka sudah siap di dalam.” katanya lalu berlalu.

Aku dan Mrs. Rose berjalan ke arah ruang pemeriksaan,

Aku berpikir apa yang bisa kulakukan untuk pergi dari tempat ini bersama dengan semua penghuni pulau dengan selamat tanpa kekerasan.

Apakah mungkin mengadukan segala hal yang terjadi si Chimera ini kepada PBB?atau kepada  Presiden?  Atau kepada Menteri Pertahanan ?  

Langkahku tanpa terasa membawaku sampai ke pintu ruang pengamatan.

Mrs. Rose mendahuluiku dengan memindai jarinya ke mesin, untuk membuka pintunya. 

Aku menarik napasku dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan-lahan, mencoba mengatur ketenangan perasaanku.      

Rado telah dipersiapkan di dalam.

Rado dalam posisi duduk, di depan Rado ada meja kayu yang besar untuk penghalang, dibelakangnya ada Codi dan Doni siap dengan tongkat tonfa. Rambutnya seperti biasa berantakan. Bajunya kaos tank top putih bergambar pantai Hawaii yang sudah lusuh, demikian juga celananya model taktikal nampak kotor.   

Sorot matanya liar menatapku, sambil tersenyum-senyum tipis.  Pada tangan nya kanan dan kiri terikat tali plastik yang dihubungkan dengan kaki meja pemeriksaan. 

“Hai, Bu Dokter cantik, ehh, nona psikolog cantik, senang bertemu lagi denganmu,” sapa Rado.

Leher Rado tergantung syal dariku.Warna oranyenya sudah kotor tak keruan. 

Aku melihatnya dan berpikir, pria ini tidak menjaga syal yang di buat mama dengan penuh cinta untukku.

Aku duduk di hadapan Rado.Dua orang prajurit telah siaga di belakang kursi Rado mereka adalah Doni dan Codi.

“Rado, hari ini kamu nampak mm…bersemangat tinggi.”

“Tentu.Aku selalu bersemangat dan menantikan waktu untuk bertemu dengan sarjana psikologi yang cantik. 

Aku sungguh cemburu pada rekan selku yang pesolek itu.Kalian sangat akrab dan suka berbishik-bishik,” Rado memodifikasi ucapan bisik menjadi lebih jelas pengucapannya.

Aku menatapnya, “Rado, kenapa bibirmu lebam?”

“Kau tahu Moi, beberapa hari yang lalu kaki bro Codi perlu latihan beberapa kali memijat wajahku, ya kan Bro ?” lirik Rado kepada Codi yang ada di belakangnya.

“Sudah, tidak usah macam-macam kau, tendanganku bisa bikin gigimu hancur kalau kau mau menantangku.” 

kata Codi sambil menggenggam tongkat tonfanya.

“Tapi swear bro, aku jantan kok teriak-teriak tengah malam karena dipukuli dan ditendangi, tidak seperti cowok ganteng yang selnya disebelah ku.

Tidak ada apa-apa kok bisa histeris dan jatuh sendiri hahaha.”Rado tertawa sambil menatapku.

“Dan kabarku, baik Moi, tidurku nyenyak ditemani syal oranye ini.

Dulu..bau cewek, sekarang bau asam ketiakku. Hahaha.” kata Rado sambil menggesekkan ujung syal tersebut ke ketiaknya dan menciumnya, sambil tersenyum-senyum.

Pandangan mataku kualihkan dari wajahnya , sebenarnya aku muak dan ingin muntah melihatnya.

Aku meletakkan berkas-berkas yang aku bawa ke meja.  “Kemampuan listrikmu sungguh luar biasa, Rado.Kami ingin kamu kooperatif supaya penelitian ini tidak berlangsung lama, karena aku ingin beristirahat lagi di kamarku.”

Aku meraih berkasku, “Aku sudah siapkan daftar pertanyaan, aku harap Rado mau mengisinya.Terima kasih atas kerjasamanya.”

Rado melirik kertas yang kuulurkan di hadapannya. Tangannya bersilang di depan dadanya. “Aku tidak terbiasa dengan tulis menulis.Aku bukan sekretaris kantoran.Aku ini Rado. Sang elektrokinesis,  ahli bikin korsleting, termasuk korsleting hati kalian hahahaa…..”  Rado tertawa keras.

Aku beradu pandang dengan Mrs. Rose yang baru duduk di sebelahku.Kami berdua sama-sama tahu, bahwa kami tak boleh menyinggung atau membangkitkan amarah Rado, untuk menghindari hal-hal yang tidak kami inginkan bersama, di tengah situasi yang sedang memanas seperti sekarang.

“Sudah di garap saja, tinggal isi apa sulitnya?” ujar Codi sambil menepuk pundak Rado dengan tonfanya.

Aku melihat Codi dan Doni membawa tonfa kayu, bukan tonfa yang besi seperti biasanya, kelihatannya mereka tidak mau terkena aliran listrik dari Rado.

Mrs. Rose menarik napasnya dalam-dalam lalu berkata dengan tenang, “Kami tidak ingin menyakitimu, Rado.Hanya…yah, kami berdua bekerja disini, di bawah kepemimpinan Tuan Jonah.Aku sungguh meminta Rado mau membantu kami mengisi daftar pertanyaan ini.”

 Rado menatapku penuh arti, lalu mengulurkan tangannya.“Sebenarnya aku tak ingin mengatakannya, tapi… yah, tak ada salahnya aku beramal membantu kalian…sebelum kalian menggelepar menyusul Dragono, bukan?”

Napasku seakan terhenti.Aku kembali beradu pandang dengan Mrs. Rose.Apakah ini sebuah ancaman untuk kami?Atau peringatan?

Mrs. Rose mengulurkan ballpointnya meletakkannya di meja.Rado mengambilnya dan mulai membaca kuesionerku. 

Lirikannya kembali tertuju kepadaku, sesaat kemudian dia mulai mengerjakan kuesioner yang kubuat.

Setelah hampir setengah jam aku mengejar perkataannya tadi “Rado, apa maksud perkataanmu aku dan Mrs. Rose akan menggelepar seperti Dragono?”

Rado melemparkan  ballpoint ke arah meja, menyorongkan kertas kuesioner yang kuberikan balik ke aku secara perlahan, dua prajurit di belakang Rado nampak siaga atas setiap gerak gerik Rado yang bergerak terbatas karena terikat tali plastik.  

“Semua kita yang ada disini akan mati, Moi.Jadi simpan energimu.Tak usahlah repot-repot memberiku tes-tes seperti ini lagi.”

“Rado, Moira sudah susah payah menyusun daftar pertanyaan khusus untukmu, hargailah,” ujar Mrs. Rose.Nada suaranya sedikit tajam.

“Kau ini spesial Rado.Kau harusnya memperbaiki sikapmu supaya masa depanmu lebih baik.

Saat ini bukankah lebih baik bekerjasama bukan?Ini juga untuk kebaikanmu. 

Tuan Jonah pasti mempertimbangkan reward yang sepadan untukmu.”

“Ahahha….,” Rado tertawa keras.“Mrs. Rose, Moira, kalian berdua ini benar-benar cuma pionnya Jonah, ya.Jonah itu fokusnya tetap suatu saat nanti, dia melenyapkanku dan siapapun yang tidak disukainya. 

Sementara aku? Aku tak sama dengan kalian. Aku bukan pion.Tapi King…yeah, aku Kingnya.”

Aku terpancing, “Lalu apa yang akan terjadi selanjutnya, Mr. King?  Apa kamu tahu bagaimana caranya agar kami, ng…terlepas dari dia?”

Rado menatapku dengan tajam, “Seharusnya aku menyimpan rahasia.   Hmmm..tapi mengingat syal oranye yang manis ini yang aku terima darimu, aku akan membuka sedikit rahasia.”

kata Rado sambil mengibas-ngibaskan syal oranye tersebut di depan wajahnya.”Di sisi King ada Queen, ada juga kuda serta benteng juga menteri-menterinya. 

Pada akhirnya Queenlah yang akan memenangkan segalanya. Jadi, Jonah biar teliminasi sendiri hahaha.”

Mrs. Rose menyela, “Kau kurang kooperatif, Rado.Itu sebabnya Tuan Jonah keras padamu.”

Sepasang mata Rado berkilat memancarkan kemarahan yang tertahan, “Andai kita bertukar tempat Mrs. Rose. Aku yang berjas putih dokter dan melenggang kemana-mana dengan wangi, bergaji tinggi dan tak perlu berpeluh darah untuk mendapatkan makanan, sementara Anda adalah aku, ….andai Anda adalah aku… Ya aku!” desis Rado 

“Andai Mrs. Rose adalah Rado, lalu?”Aku segera memancing.Aku menyadari Rado tahu sesuatu tentang tempat Chimera ini, tahu banyak.

“Andai Anda adalah aku…,” Rado menatap Mrs. Rose dengan tajam, “Maka Anda yang cerdas tak kan mau diperlakukan seperti ini begitu lama. Anda akan melawan bukan? Anda akan melakukan seperti ini perlawanan demi harga diri yang sudah dianggap sampah di tempat ini,” mata Rado menyipit saat berkata-kata.

Aku sudah tidak nyaman, maka kuakhiri sesi ini daripada Rado tiba-tiba meledak dan dan dihajar oleh prajurit.

“Terimakasih Rado atas kesediaannya mengisi kuesioner, sekarang kami balik dulu ya, sampai ketemu lagi.” 

Aku dan Mrs. Rose berjalan keluar dari tempat pemeriksaan, sementara Rado dan dua prajurit sedang bersiap untuk mengembalikan Rado ke selnya.

Saat kami keluar ada prajurit Enricko yang sudah didepan pintu ruang pemeriksaan.

“Sudah Mrs. Rose?” tanyanya.

Belum sempat Mrs. Rose menjawab tiba-tiba terdengar suara gaduh dari dalam ruang pemeriksaan, Mrs. Rose mencoba membuka pintu dengan scan sidik jarinya, tetapi tidak berhasil bahkan 

Mesin scan sidik jari terlihat memancarkan api, ada korsleting terjadi! 

Rado pasti menggunakan kemampuan elektrokinesisnya untuk merusak sistem elektronisnya.

Mrs. Rose tersentak, pintu ruang pemeriksaan di ketuk-ketuknya, 

“Rado, stop jangan berulah!”

Enricko membantu menggedor pintu, “Buka pintunya!Buka!” keributan terus terjadi di dalam.

Aku berlari menuju ruang pengamatan, terlihat dari kaca Rado posisi berjongkok sedang memegang kaki Codi yang nampak kejang-kejang sementara prajurit Doni terkapar di pojok ruangan.

Sesuatu yang mengerikan sedang terjadi!

Mrs. Rose meraih mikrofon dan berteriak, “Stop Rado, kau tidak perlu berbuat konyol, hentikan!”

Rado menjawab dengan berteriak, tidak tahu bahwa alat penyadap yang dibawah meja menghantarkan suaranya masuk jelas ke ruang pengamatan, “Tampaknya kaki Codi lemah Mrs. Rose jadi butuh terapi. Hari ini aku memberikannya secara gratis untuk dia, haahaha…”

Hanya suara Rado yang terdengar, sementara suara Codi dan Doni tidak ada, apakah mereka telah tewas?

namun kuamati badan Codi masih bergerak-gerak kecil, kedua tangan Rado tetap memegang kaki bawah Codi.

Terlihat asap keluar dari paha Codi, Rado menyetrumnya dengan kuat!

Aku menjerit-jerit, “Rado, tolong hentikanlah.”

Rado justru merespon dengan tertawa, tawa yang penuh kepuasan, “Hahaha King sedang berpesta. Duduklah dan belajar menikmati, hahaha…”

Tangan kiri Rado terborgol dengan tangan Codi, sementara tangan kanan Rado masih terhubung dengan tali plastik yang terhubung dengan kaki meja, mungkin Codi lupa bahwa borgol yang dipakaikannya ke Rado adalah baja yang menghantarkan listrik.

Mrs. Rose keluar ruangan, terlihat beberapa prajurit sudah berkumpul di depan pintu ruang pemeriksaan, Jeff juga nampak membawa tabletnya, kemungkinan berusaha membuka pintu. 

Sesaat kemudian 

BRAK!! 

Pintu terbuka.

Para prajurit merangsek  masuk ke ruang pemeriksaan bagaikan banjir melanda.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *